Program Kerjasama antara FPIK Unsrat dengan Tokyo University of Marine Science and Technology (TUMSAT) baru-baru ini telah melaksanakan salah satu kegiatan yaitu Program Sakura Exchange in Science di TUMSAT sejak tanggal 18 – 27 Agustus 2018.Sebagai host dari kegiatan ini adalah Prof. Tsusoyoshi Sasaki. Peserta adalah mahasiswa yang berprestasi di bidang akademik dari program studi S1 FPIK Unsrat sebanyak 10 mahasiswa terbaik.
Salah satu dari dua pendamping (Dosen FPIK) Dr. Gustaf Mamangkey yang terus mendampingi peserta disemua kegiatan menyatakan bahwa, di Tumsat 10 mahasiwa ini mendapat gambaran banyak hal tentang pengelolaan lingkungan integratif yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat Jepang. Pemahaman hubungan yang erat antara keharmonisan alam dari daerah hutan sekitar hulu, sungai dan laut akan sangat membantu kehidupan yang hidup disekitarnya. Bila salah satu rantai rusak/tidak bekerja dengan baik maka semua titik rantai akan terkena imbas. Bila hutan rusak, misalnya maka akan terjadi erosi dan mengakibatkan sungai yang kotor dan akhirnya akan bermuara ke laut. Hal demikian akan mengakibatkan kehidupan perekonomian dan sosial masyarakat akan terganggu karena kerusakan susulan dari hulu sampai hilir.
Selanjutnya Mamangkey mengatakan bahwa, mereka juga belajar bagaimana masyarakat Jepang menjaga keseimbangan alam dari ketiga titik utama itu: hutan, sungai dan laut. Dalam mempelajari itu mereka berkesempatan mengikuti alur sungai di daerah Kuzakai (perbatasan Miyako dan Morioka City) sampai ke bagian hulunya. Mengeksplorasi ikan salmon yang bertelur di bagian hulu dan mengobservasi benih-benih salmon yang berkembang. Kemudian mereka menyusuri ke bagian pertengahan sungai, melihat bagaimana kehidupan masyarakat perkampungan Jepang memanfaatkan dan menjaga sungai dengan baik. Tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Dan akhirnya, mengunjungi kota Miyako sebagai salah satu kota Perikanan di bagian Utara Jepang. Di kota ini mereka belajar bagaimana kondisi perairan pantai di kawasan Taman Nasional Jodogahama, juga mengunjungi industri perikanan kota Miyako.
Disamping itu mereka berkesempatan membaur dengan masyarakat Jepang terutama kaum muda Jepang. Mereka membuat pertunjukkan budaya dengan mengenalkan tarian Poco-Poco kepada masyarakat Jepang sambung Dr. Andreas Roeroe yang dipercayakan sebagai salah satu dosen pendamping lainnya dalam program ini.
“Kami begitu antusias, bangga dan senang mengikuti program ini, walau waktu singkat tapi kami mendapat tambahan ilmu dari Tumsat dan bisa memperkenalkan budaya kita di negeri orang, dan yang terpenting kami mendapat peluang untuk melanjutkan studi di salah satu universitas ternama di Jepang … luar biasa” kata Cindy Ch. Mudeng yang adalah salah satu peserta dari Program Studi Budidaya Perairan.(jdm.2018)